Faktor Individu dalam Organisasi
A. Kontribusi dan Kompensasi
B.
Faktor Individu dalam Organisasi
Ada 3 hal yang perlu dipahami:
Kontrak Psikologis (psychological contract):
adalah kesepakatan yg tdk tertulis yg muncul ketika seseorang bergabung dlm
sebuah organisasi atau ketika tenaga kerja bergabung dlm sebuah
perusahaan. Kontrak psikologis biasanya
menyangkut harapan-harapan yg berhubungan dengan kontribusi dan kompensasi.
Kesesuaian Tenaga Kerja yang
Dibutuhkan Perusahaan (the person-job fit): walaupun seleksi utk mendapatkan tenaga
kerja yg sesuai dilakukan dg ketat, tetapi kadang2 tdk menghasilkan sesuai
harapan. Hal ini terutama karena
menyangkut faktor manusia yg tdk sempurna.
Keragaman Individu dalam Organisasi (the individual differences in
organization): perusahaan perlu memahami keragaman individu secara terbuka,
karena manusia ditakdirkan tidak sama, baik dari sisi latar belakang
biologisnya, pendidikan, dll. Karenanya
perusahaan harus mengelola keragaman tsb menjadi potensi yg positif bagi produktivitas
perusahaan, dan bukan sebagai sumber konflik.
C.
Perilaku dan Kepribadian Individu
Seorang manajer diharapkan dapat
memahami perilaku dan kepribadian dari setiap individu yg dipimpinnya agar
dapat mengetahui cara terbaik menghadapinya.
Griffin (2000) menjelaskan Model
Lima Dimensi Mengenai Kepribadian, yaitu:
- Tingkat
persetujuan (agreeableness)
- Tingkat
kesadaran dan keseriusan (conscientiousness)
- Tingkat
emosi neurotisme
- Tingkat
keleluasan dalam berinteraksi (extraversion)
- Tingkat
keterbukaan (openness).
·
Agreableness:
Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih patuh dengan individu
lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konfilk. Karakteristik
Positif-nya adalah kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat
baik, hangat dan berhati lembut serta suka membantu.
·
Karakteristik
kebalikan dari sifat “Agreeableness” adalah mereka yang tidak mudah bersepakat
dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak ramah.
·
Conscientiousness : Individu yang memiliki Dimensi Kepribadian Conscientiousness ini
cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan ataupun penuh
pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki disiplin
diri yang tinggi dan dapat dipercaya. Karakteristik Positif pada dimensi
adalah dapat diandalkan, bertanggung jawab, tekun dan berorientasi pada
pencapain.
·
Sifat
kebalikan dari Conscientiousness adalah individu yang cendurung kurang
bertanggung jawab, terburu-buru, tidak teratur dan kurang dapat diandalkan
dalam melakukan suatu pekerjaan.
·
Neuroticism:
adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan seseorang dalam menahan
tekanan atau stress. Karakteristik positif dari Neuroticism disebut
dengan Emotional Stability (Stabilitas Emosional), individu dengan
emosional yang stabil cenderang tenang saat menghadapi masalah, percaya diri,
memiliki pendirian yang teguh.
·
Sedangkan
karakteristik kepribadian Neuroticism (karakteristik Negatif) adalah mudah
gugup, depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah pikiran.
·
Extraversion:
Dimensi Kepribadian Extraversion ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik Positif Individu
Extraversion adalah senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup
berkelompok dan tegas.
·
Sebaliknya,
Individu yang Introversion (Kebalikan dari Extraversion) adalah mereka yang
pemalu, suka menyendiri, penakut dan pendiam.
·
Opennes to Experience: Dimensi Kepribadian Opennes to Experience ini mengelompokan individu
berdasarkan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk
mengetahui serta mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif pada
Individu yang memiliki dimensi ini cenderung lebih kreatif, Imajinatif,
Intelektual, penasaran dan berpikiran luas.
·
Sifat
kebalikan dari “Openness to Experience” ini adalah individu yang cenderung
konvensional dan nyaman terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan
kegelisahan jika diberikan tugas-tugas baru.
D.
Perilaku Individu Lainnya yang
mempengaruhi Organisasi
Beberapa perilaku individu lainnya
selain lima dimensi kepribadian yg diuraikan di muka, adalah:
Locus of Control: Locus of Control atau lokus
pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan
kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi
menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang
memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di
organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai
bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di
luar diri yaitu organisasi.
Self-eficacy: perilaku ini merujuk pada
kepercayaan diri dari individu untuk dapat melakukan sesuatu. Individu yg memiliki self-eficacy yg tinggi
adalah individu yg memiliki keyakinan utk mengerjakan berbagai hal, sebaliknya
individu yg memiliki self-eficacy rendah adalah individu yg seringkali
meragukan kemampuan dirinya utk melakukan berbagai hal.
Authoritarianism: perilaku ini merujuk pd keyakinan
individu akan peran tingkatan hierarki dlm satu organisasi dan kaitannya dg
kekuasaan dlm organisasi. Individu yg tk
authoritarianism nya tinggi beranggapan bhw jika perintah atau keputusan telah
dikeluarkan dari hierarki yg lebih tinggi, maka tdk ada alasan utk
menolaknya. Sebaliknya individu dg tk
authoritarianism yg rendah beranggapan bhw kebenaran tdk selalu muncul
berdasarkan tk hierarki dlm sebuah organisasi, shg yg datang dari atas tdk
serta merta harus diikuti.
Machiavellianism:Seorang individu yang
macheavelianisme nya tinggi adalah pragmatis, menjaga jarak emosional, dan
yakin tujuan dapat menghalalkan segala cara..Orang-orang yang macheavelianisme
nya tinggi sering melakukan manipulasi , lebih suka menang, kurang bisa
dibujuk, dan membujuk lebih banyak orang lain dibandingkan dengan orang-orang
yang macheavelianisme rendah. Oleh
karena itu, orang-orang yang macheavelianisme tinggi sangat cocok ditempatka
pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tawar-menawar atau yang menawarkan
imbalan besar untuk menang. Orang-orang yg macheavelianisme tinggi adalah orang
yg tinggi rasionalitasnya, rendah tk loyalitas dan persahabatan, serta menyukai
utk melakukan kontrol thd orang lain.
Orang-orang yg macheavelianisme rendah cenderung memiliki tk emosional
yg tinggi, rasionalitas yg rendah, menghargai persahabatan dan loyalitas, serta
kurang menyukai utk mengontrol orang lain.
Self-esteem: perilaku ini merujuk kpd sbh
keyakinan dari seseorang atau individu bhw dirinya layak utk mendapatkan
penghargaan. Individu dg self esteem yg
tinggi cenderung berupaya utk mencari posisi yg tinggi dlm sbh organisasi, dan
sebaliknya utk yg self-esteem yg rendah.
Risk propensity: perilaku ini merujuk kpd
kecenderungan individu dlm hal pengambilan resiko dan menjawab tantangan. Individu yg risk propensity nya tinggi
adl seorang risk taker atau pengambil resiko.
Individu yg Risk propensity nya rendah adalah seorang yg risk averser
atau penghindar resiko.
E.
Perilaku Individu dan Sikap dalam
Berorganisasi
Griffin (2000) menjelaskan bahwa
sikap memiliki 3 komponen utama, yaitu:
Komponen Afektif: menyangkut perasaan yg dirasakan
oleh seseorang mengenai gagasan, situasi atau lingkungan yg dihadapinya. Misal:”saya kecewa dg kualitas bahan baku
dari PT ABC”
Komponen Kognitif: menyangkut pengetahuan seseorang
mengenai sesuatu yg terkait dg gagasan, situasi maupun lingkungan yg
dihadapinya. Misal: “Kualitas bahan baku PT ABC jauh di bawah kualitas bahan
baku PT DEF”
Komponen Intensi: menyangkut harapan dari seseorang
sebagai akibat dari gagasan, situasi maupun lingkungan yg dihadapinya. Misal: “Saya pikir perusahaan tidak perlu
lagi membeli bahan baku dari PT ABC”
Ada dua persepsi:
Persepsi Selektif: proses penyeleksian informasi
mengenai sesuatu yg kontradiksi dan tdk
sesuai dg persepsi awal yg kita yakini.
Misal A dikenal sebagai pekerja yg baik.
Suatu ketika kita menemui dia bekerja kurang baik. Dalam hal ini kita melakukan justifikasi bhw
hal tsb adalah bersifat kasuistik semata.
Stereotip: proses pelabelan thd seseorang
berdasarkan suatu kejadian ttt yg dialami atau dilakukan oleh seseorang
tsb. Misalnya penilaian bahwa wanita itu
lemah dan lelaki itu kuat. Penilaian ini
tidak selamanya benar.
F.
Perilaku Individu dalam Organisasi: General Adaption Syndrome (GAS)
Perilaku Individu dan Stres:
Stres pd dasarnya merupakan respon
individu thd tekanan yg tinggi dlm pekerjaan.
Tekanan yg tinggi tsb sering disebut stressor. Stres terjadi seiring dg pengalaman yg
dilalui oleh individu yg dinamakan sbg General Adaption Syndrome (GAS).
Tahap 1: “Alarm” adalah tahap dimana
individu mengalami sesuatu yg menyebabkan dirinya memberikan respon yg tdk
biasanya. Pd saat ini tubuh akan
memberikan semacam reaksi atas aktivitas yg tdk normal tsb misal stres, panik,
dll. Bentuk respon tsb dinamakan sbg alarm.
General Adaption Syndrome (GAS)
Tahap 2: “Resistance” yaitu tahap
dimana individu melakukan penyesuaian diri berupa reaksi atas respons yg dia
lakukan pd tahap alarm. Bentuk
penyesuaian diri misalnya berupa tindakan utk menyelesaikan sesuatu, membiarkan
sesuatu, atau pengabaian thd sesuatu, dll.
G.
Perilaku Individu dan Stres
Griffin (2000) membagi individu
dalam perilakunya thd stres menjadi 2 tipe, yaitu:
Individu Bertipe A: adalah individu
yg bersifat kompetitif dan sangat menyukai pekerjaan dan sangat dapat mengatur
pekerjaan dengan waktu yg tersedia sekalipun terbatas.
Individu Bertipe B: adalah individu
yg kurang memiliki sifat kompetitif, dan kurang menyukai pekerjaan serta kurang
terampil dlm mengatur pekerjaan dg waktu yg diberikan.
Tahap 3: “Exhaustion” yaitu tahap
dimana individu mengalami indikasi lain sbg akibat dari penyesuaian yg
dilakukan pd tahap sebelumnya. Indikasi
ini dpt lebih baik dri keadaan pd tahap
1 atau 2, atau sebaliknya ketika respon pd tahap 1 dan 2 tdk menyelesaikan
masalah yg dialami pertama kali pada tahap 1.
H.
Faktor-faktor Penyebab Stres
Tuntutan pekerjaan (task demands): berupa
tuntutan tugas yg harus diselesaikan, misalnya keputusan yg cepat, keputusan yg
kritis, atau kurangnya informasi yg mendukung penyelesaian pekerjaan.
Tuntutan fisik (physical demands): tekanan
akibat keadaan fisik, misal temperatur yg tinggi, kualitas ruangan yg buruk,
atau kondisi fisik pekerja yg sedang sakit.
Tuntutan peran/fungsi (role demands): tekanan
akibat adanya ambisi dari individu mengenai sesuatu yg ingin dicapai .
Tuntutan interpersonal (interpersonal demands):
terkait dg adanya tekanan yg muncul dari rekan kerja, kelompok kerja, maupun
adanya konflik personal dalam organisasi
I.
Faktor-faktor yg menyebabkan
individu menjadi kreatif:
Pengalaman individu dg kreativitas: yaitu apakah individu2 tsb pernah
terlibat dlm kegiatan2 yg menuntutnya utk bertindak kreatif atau tidak pernah.
Perlakuan terhadap individu:
terkait dg bgm cara manajer misalnya memperlakukan tenaga kerjanya. Ada yg bersifat hierarkis, topdown, atau
sebaliknya.
Kemampuan kognitif dari individu: ada individu yg cenderung utk
memiliki convegent cognitif thinking yaitu terbiasa utk melihat berbagai
persamaan dari berbagai perbedaan yg ada.
Orang kreatif memiliki kemampuan di dua jenis cara berpikir baik divergen maupun convergen.
Kreativitas Individu dalam
Organisasi
J.
Tahap-tahap Munculnya Kreativitas
Paling tidak ada 4 tahap:
Tahap persiapan: berupa proses pendidikan/pelatihan
dan pemberian informasi tertentu kpd individu.
Tahap inkubasi:
individu dikondisikan pd kondisi ttt yg memungkinkan dirinya utk
mendapatkan gagasan-gagasan baru mengenai sesuatu.
Tahap penemuan gagasan: pd tahap ini individu berhasil
menemukan gagasan yg mungkin akan memberikan manfaat perubahan bagi organisasi.
Tahap pengujian: merupakan tahap terakhir utk
merealisasikan gagasan mengenai sesuatu.
No comments:
Post a Comment