Kekuasaan, Kewenangan, Tanggung Jawab &
Delegasi
A. Kekuasaan
Kekuasaan (power) adalah suatu
kemampuan untuk mempengaruhi orang atau merubah orang atau situasi. Jika perubahan itu menyebabkan jadi baik,
maka kekuasaan memberikan konotasi yang positif; dan sebaliknya.
Adanya kekuasaan karena konsekuensi
logis yg muncul pd setiap organisasi yg didalamnya tdp pimpinan dan
bawahan.
Karena organisasi merupakan kumpulan
orang dalam pencapaian tujuan, maka organisasi ditujukan utk mengubah situasi
melalui orang2 agar perubahan terjadi.
Agar perubahan terjadi, maka diperlukan “kekuasaan”.
B. Faktor yang Mendasari Adanya Kekuasaan
French dan Raven yg dikutip oleh Stoner,
Freeman, dan Gilbert (1995) dalam ET Sule (2014, h.173) menyatakan ada 5
faktor yg mendasari lahirnya kekuasaan:
Reward Power: yaitu kekuasaan utk memberikan
penghargaan, yg memungkinkan terjadi krn posisinya yg dpt memberikan penghargaan pd orang2 di
bawahnya.
Coercive Power:
adalah kekuasaan utk memberikan hukuman.
Legitimate Power:
adalah kekuasaan yg sah yg muncul akibat dari suatu legitimasi
tertentu. Misalnya seseorang yg diangkat
menjadi pimpinan, otomatis dia memiliki semacam kekuasaan yg sah atau
terlegitimasi.
Expert Power:
adalah kekuasaan yg berdasarkan keahlian atau kepakaran, misalnya
dokter, insinyur, dll.
Referent Power: adalah kekuasaan yg muncul karena
adanya kateristik yg diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang thd
seseorang yg memiliki pengaruh atas seseorang atau sekelompok orang tsb
C. Kewenangan (Authority)
Kewenangan merupakan bentuk lain
dari kekuasaan yg sering dipergunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan
merupakan kekuasaan formal atau terlegitimasi.
Dua pandangan mengenai kewenangan
formal:
v
Pandangan
Klasik: kewenangan pd dasarnya terlahir sbg akibat adanya kewenangan yg lebih
tinggi dari kewenangan yg diberikan.
Misalnya seorang manajer mendapat kewenangan formal dari Direktur Utama
v
Pandangan
Berdasarkan Penerimaan: Kewenangan formal cenderung akan dijalankan oleh
bawahan tergantung dari beberapa persyaratan.
Chester Barnard menyatakan ada 4
persyaratan kewenangan formal akan bisa dijalankan:
- Bawahan
dapat memahami apa yg diinginkan oleh pimpinannya
- Bawahan
meyakini bahwa apa yg diperintahkan oleh atasannya tdk bertentangan dg
rencana pencapaian tujuan organisasi
- Bawahan
meyakini bahwa apa yg diperintahkan oleh atasannya adalah konsisten
mendukung nilai, misi, maupun motif pribadi ataupun kelompoknya
- Bawahan
mampu secara mental maupun fisik menjalankan apa yang diperintahkan
atasannya.
D. Beberapa Jenis Kewenangan dalam Organisasi
Ada 3 jenis kewenangan:
Kewenangan Lini (line authority):
adalah mereka yg dlm organisasi bertanggung jawab thd bbg kegiatan dlm rangka
pencapaian tujuan organisasi. Kewenangan
ini direpresentasikan oleh chain of command.
Kewenangan Staf (staff authority):
adalah mereka yg ditunjuk oleh organisasi utk membantu bagian-bagian dlm sebuah
organisasi yg memiliki kewenangan lini. Jadi di sini mereka membantu organisasi
utk mencapai tujuan2nya tapi secara tdk langsung, misal sbg konsultan.
Kewenangan Fungsional (fungsional
authority): adalah mereka yg memiliki kewenangan lini dan staf dan krn
tugasnya mereka diberi kewenangan utk melakukan kontrol dg bagian lainnya.
Contoh bagian keuangan memiliki kewenangan utk mengontrol bgn lainnya, misal
bagian pemasaran, bagian personalian, dll
E. Tanggung Jawab (Responsibility)
Setiap bagian dalam organisasi
memiliki wewenang dan tanggung jawab.
Jika kewenangan memberikan kekuasaan
untuk melakukan sesuatu, maka tanggung jawab justru memberikan arah untuk apa
dan kemana semestinya kekuasaan itu dipergunakan.
Tanggung jawab mengingatkan orang
untuk tidak saja mempergunakan kewenangan yang dimilikinya, tetapi juga
melaporkan apa saja yang telah dilakukan sehubungan dengan kewenangan padanya
tsb.
F. Pelimpahan Wewenang & Tanggung Jawab (Delegation)
Pelimpahan wewenang merupakan pengalihan
tugas kepada orang lain yang sah atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu
dalam organisasi) dalam melakukan berbagai aktivitas yg ditujukan utk
pencapaian tujuan organisasi yg jika tdk dilimpahkan akan menghambat proses
pencapaian tujuan tsb.
Pelimpahan wewenang dapat terjadi
jika seseorang yg sedang dalam posisi tertentu memiliki keterbatasan dari segi
waktu pengerjaan, jumlah pekerjaan, keahlian yg dimiliki, dan faktor-faktor
lain.
G. Manfaat Pelimpahan Wewenang
Ada tiga manfaat:
Pelimpahan wewenang memungkinkan
subbagian atau bawahan mempelajari sesuatu yg baru dan memperoleh kesempatan
untuk bertanggung jawab melakukan sesuatu yg baru tersebut.
Pelimpahan wewenang mendorong
tercapainya keputusan atau memberikan hasil pekerjaan yg lebih baik dalam
berbagai hal.
Penyelesaian pekerjaan akan dapat
dilakukan dengan lebih cepat seandainya pelimpahan wewenang tsb berjalan
sebagaimana mestinya dan diberikan kepada orang yg bertanggung jawab.
H. Kendala dalam Pelimpahan Wewenang
Bila staf yg menerima pelimpahan
wewenang tdk memiliki kemampuan utk menerima dan menjalankan sesuatu yg
didelegasikan kepadanya justru akan menghambat pencapaian tujuan ke arah yg
lebih baik.
Pelimpahan wewenang dapat berdampak
pada kurang bertanggung jawabnya atasan terhadap apa yg mestinya dia lakukan,
misalnya pelimpahan wewenang bukan sebagai proses pembelajaran dan pemberian
kepercayaan kepada bawahan, tetapi lebih kepada pelarian tanggung jawab dari
atasan kepada bawahan. Sehubungan dg hal tsb, maka pelimpahan wewenang bisa
dilakukan, tetapi tanggung jawab masih tetap di tangan pihak yang berwenang.
I.
Tiga Kunci Pokok Agar Pelimpahan
Wewenang Efektif
Ada 3 kunci pokok:
- Kepercayaan
manajer terhadap bawahan dalam melimpahkan wewenang perlu diiringi dg pemberian
kebebasan kepada bawahan utk menjalankan kewenangannya menurut caranya
sendiri.
- Adanya
komunikasi yg terbuka antara manajer dan bawahan, sehingga adanya
kejelasan dan meminimalkan persepsi yg keliru.
- Kemampuan
manajer dalam memahami tujuan organisasi, tuntutan dari setiap pekerjaan,
dan kemampuan bawahan.
J.
Prinsip Klasik Agar Pelimpahan
Wewenang Efektif
Stoner memberikan 3 prinsip klasik
agar pelimpahan wewenang menjadi efektif, yaitu:
- Prinsip
Skalar (Scalar
Principle):merujuk kepada pedoman bhw dlm suatu proses pendelegasian harus
ada garis wewenang yg jelas dari hierarki yg tertinggi hingga yg terendah.
Hal ini perlu agar: a) memberikan
kemudahan kepada siapa wewenang diberikan, b) siapa yg akan memberikan
delegasi, c) kepada siapa pertanggungjawaban harus diberikan.
Garis wewenang dimaksudkan agar
terhindar dari : a) kesenjangan (gap) dimana tugas-tugas tidak ada yg
mengerjakan, b) tumpang-tindih (overlaps) dimana tugas-tugas saling bertindihan
dalam pengerjaannya, c) perintah ganda (split of command) dimana tugas yg sama
diberikan kepada bagian organisasi yg berbeda-beda
2.
Prinsip Kesatuan Perintah (Unity of Command): prinsip ini merujuk pada pandangan bhw setiap
bawahan harus melapor/mempertanggungjawabkan kepada satu atasan yg memberikan
kewenangan kepadanya, dg dmk perintah seharusnya berasal dari satu sumber agar
jelas siapa yg memberi kewenangan dan kepada siapa harus dipertanggung-
jawabkan.
3.
Tanggung Jawab, Kewenangan, dan Pertanggungjawaban: Prinsip ini beranggapan bhw
pelimpahan wewenang dilakukan utk memperjelas siapa yg akan
bertanggungjawab atas suatu pekerjaan dan dg kewenangan seperti apa.
Dg adanya kejelasan ini, maka proses pertanggungjawaban dari apa yg
telah didelegasikan akan lebih mudah dan
jelas.
K. Tindakan Agar Pelimpahan Wewenang Berjalan Efektif
Ketiga kunci pokok dan prinsip yg
sudah diuraikan di muka dapat mendorong pelimpahan wewenang menjadi lebih
efektif jika didukung beberapa tindakan berikut ini:
- Penentuan
hal-hal yg dapat didelegasikan
- Penentuan
orang yg layak untuk menerima delegasi
- Penyediaan
sumber daya yang dibutuhkan
- Pelimpahan
tugas yang akan diberikan
- Intervensi
pada saat diperlukan
L. Sentralisasi dan Desentralisasi dalam Pengorganisasian
·
Sentralisasi
adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pd hierarki paling tinggi dari suatu
organisasi, dg alasan bhw yg paling bertanggung jawab atas berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi adalah hierarki yg paling tinggi.
·
Desentralisasi merupakan representasi dari wujud dari adanya pelimpahan kewenangan dari
hierarki yg lebih tinggi kpd yg lebih rendah dlm hal pengambilan keputusan dan
penentuan dg cara bgm kegiatan akan dijalankan.
M. Kelebihan Desentralisasi
·
Kedekatan
dg pihak sasaran shg lebih memudahkan organisasi utk menjawab kebutuhan dari
pihak sasaran.
·
Pengetahuan
lokal atau lapangan yang lebih baik.
·
Penerimaan
dari pihak sasaran karena pendekatan perusahaan yg lebih mudah dan lebih dekat
·
Keputusan
yg lebih fleksibel karena disesuaikan dg kondisi lokal dimana organisasi itu
berada.
N. Kelebihan Sentralisasi
·
Umumnya
organisasi yg menjalankan sentralisasi beranggapan bhw konsumen dianggap
memiliki bbg kesamaan walaupun berada di lokasi yg berbeda-beda, misal: ingin
harga yg murah, kualitas dan pelayanan yg memuaskan.
·
Efisiensi
biaya, karena tdk memerlukan staf tambahan, regulasi tambahan, bangunan
tambahan
·
Kesamaan
kualitas di semua lokasi, sesuai yg diputuskan oleh hierarki yg paling atas.
·
Adanya
kemajuan teknologi menyebabkan apa yg dikerjakan dapat menjadi lebih cepat.
O. Pertimbangan Memilih Sentralisasi atau Desentralisasi
·
Biaya
dan resiko dalam memilih sentralisasi atau desentralisasi. Kadangkala desentralisasi memberikan hasil yg
lebih baik dan lebih cepat, tetapi tdk dpt dijalankan akibat naiknya biaya dan
resiko yg harus ditanggung organisasi.
·
Kecenderungan
manajer dlm memandang bawahannya.
Desentralisasi hanya mungkin dilakukan bila manajer beranggapan bhw
bawahannya memiliki kapasitas dan kemampuan utk melakukan sesuatu yg akan
dilimpahkan.
·
Budaya
organisasi. Bila organisasi terbiasa
mengambil kpts yg topdown, maka desentralisasi sulit dilakukan.
·
Kemampuan
manajer level bawah utk menjalankan tanggungjawab jika sekiranya desentralisasi
dilaksanakan.
P. Pertimbangan Memilih Sentralisasi atau Desentralisasi
·
Biaya
dan resiko dalam memilih sentralisasi atau desentralisasi. Kadangkala desentralisasi memberikan hasil yg
lebih baik dan lebih cepat, tetapi tdk dpt dijalankan akibat naiknya biaya dan
resiko yg harus ditanggung organisasi.
·
Kecenderungan
manajer dlm memandang bawahannya.
Desentralisasi hanya mungkin dilakukan bila manajer beranggapan bhw
bawahannya memiliki kapasitas dan kemampuan utk melakukan sesuatu yg akan
dilimpahkan.
·
Budaya
organisasi. Bila organisasi terbiasa
mengambil kpts yg topdown, maka desentralisasi sulit dilakukan.
·
Kemampuan
manajer level bawah utk menjalankan tanggungjawab jika sekiranya desentralisasi
dilaksanakan.
Q. Mendesain Pekerjaan (Job Design)
Desain
pekerjaan merupakan pembagian kerja-kerja yg akan dilakukan organisasi kpd seluruh
anggota organisasi tsb. Stooner, Freeman, dan
Gilbert (1995) menjelaskan ada 3 pendekatan dalam mendesain pekerjaan:
- Pendekatan
Mekanis: pekerjaan dibagi atas yg bersifat rutin dan tidak rutin. Pendekatan
mekanis contohnya pekerjaan yg sifatnya rutin dan teknis operasional.
- Pendekatan
Motivasi: pekerjaan dibagi berdasarkan motif masing2 pekerja. Pekerja yg memiliki motivasi tinggi utk
melakukan kontak sosial ditempatkan di bgn pemasaran atau humas. Pekerja yg memiliki motivasi tinggi utk
berinovasi ditempatkan pd bgn R&D.
- Pendekatan
Biologis: pendekatan ini dilakukan dg mempertimbangkan aspek biologis
yaitu faktor keamanan gender (terkait isu pelecehan seksual), keamanan
lingkungan (ventilasi dalam ruangan kerja), dll.
R.
Job Enlargment/Enrichment
Untuk pekerjaan yg bersifat monoton, perlu dihindarkan rasa bosan dari
pekerjanya, yaitu dengan cara:
Job enlargment (perluasan pekerjaan): misal pd
bisnis restoran, pekerja yg biasanya hanya mencatat menu saja diperluas
pekerjaannya dg mengambil makanan, membersihkan piring2 bekas makan, dll.
Job enrichment (memperkaya pekerjaan): merupakan perluasan kesempatan dari seorang
pekerja utk melakukan suatu pekerjaan yg berbeda atau lebih luas dari pekerjaan
semula. Salah satu cara misalnya dg
melakukan “job rotation”.
No comments:
Post a Comment